Ketika Nahkoda Kehilangan sang Kapten

Respons: 0 komentar
Makhluk sosial, hidup bersosialisasi dengan manusia lain. Itulah manusia, hidup tak cukup hanya sekedar makan dan tidur, hidup adalah bergerak. Satu manusia dengan manusia lain memiliki sikap dan perilaku sosial yang berbeda.
Diriku, mencoba menggali makna seluas-luasnya dalam hidup, tak ingin mati meninggalkan raga yang akhirnya membusuk juga dimakan cacing suatu hari nanti. Seiring berjalannya waktu, kedewasaan menghampiri, perjalanan dakwah aku ambil. Perjalanan yang menyenangkan karena orientasi hanya ridho Allah semata, lebih menenangkan jiwa, daripada musti berjuang dengan orientasi keduniawian, tentu tanpa menafikkan diri dari kebutuhan dunia yang memang mesti dicukupi.
 
Hari ini, sebuah amanah terpikul di pundak ini. Amanah yang diberikan oleh kawan-kawan. Menjadi orang kedua dalam pergerakan. Bukan orang pertama, namun memiliki andil cukup besar dalam menjalankan roda ini. Sebagai orang kedua tentu diriku masih memiliki keterbatasan dalam mengambil sikap, karena masih ada orang pertama yang kebijakannya lebih besar dan lebih mutlak, yang aku tetap harus patuh padanya, dan tidak bisa memutuskan perkara tanpa sepengetahuan dan persetujuannya. Dialah sang kapten, dan diriku hanya seorang nahkoda yang menjalankan perahu ini sesuai dengan perintahnya.

Masalah muncul hari ini, perjalanan mengarungi lautan luas tidak semulus yang diinginkan. Terkadang menemui gulungan ombak yang begitu dahsyat, melewati bongkahan es, melawan badai yang begitu besar. Tak jarang kapalpun mengalami kebocoran. Mengalami kerusakan teknis yang menghambat perjalanan.

Perjalanan mencapai tujuan masih sangat panjang, ooh, kapten,, disaat seperti ini kami sangat membutuhkan kehadiranmu, komandomu, suara lantangmu kepada seluruh awak kapal ini. Diriku hanya seorang nahkoda yang juga membutuhkan arahanmu. Namun, mengapa engkau hanya diam membisu dalam suasana seperti ini? seolah kau pikulkan perjalanan ini kepada nahkoda namun engkau tak berkata. Harus bagaimana, aku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2025 Fitran Zain

Sponsored By: GratisDesigned By: Habib Blog