Hari Minggu Kelabu, 2nd Accident.

Respons: 0 komentar
Shubuh hari kemarin, sebelum adzan berkumandang di masjid Agung aku sudah bergumul dengan air di kamar mandi. Bukan karena mimpi lagi, tapi karena hari itu harus berangkat ke Semarang ba'da shalat shubuh. Menghadiri pengajian pak Amien Rais, rencananya. 

Selesai mandi dan shalat subuh aku, beserta pak Tejo dan pak Lihun berangkat menuju kota Semarang membawa Kijang Inova. Berangkat tepat pukul 05.00 WIB (waktu Indonesia bagian Banjarnegara). Perjalanan begitu tenang karena suasana jalan yang masih sepi, belum banyak kendaraan beraktifitas, sesekali hanya terlihat beberapa sepeda motor membawa barang dagangan. Para pedagang yang semangat sekali mengais rezeki. 

Memasuki kota Wonosobo perjalanan kami ditemani  oleh rintik hujan dan kabut, membuat suasana begitu nyaman untuk kembali memejamkan mata di dalam mobil. Diiringi dengan irama murottal yang setia menjadi pendamping perjalanan kami, tidurpun menjadi semakin pulas hingga akhirnya terbangun ketika berhenti di rumah makan Tenda Biru. Oh, ternyata sudah sampai Temanggung, dan saatnya sarapan. 

Waktu menunjukan pukul 06.30, masih sangat pagi namun di warung makan itu sudah tersedia menu makanan yang luar biasa lengkapnya. Kira-kira jam berapa mereka masak semua ini? Satu pelajaran yang didapat, bisnis memang membutuhkan kerja keras, dan disiplin.

Sepiring nasi dengan sayur teri dan segelas teh hangat memanjakan perut ini, membuat tidur semakin tenang ketika kami lanjutkan perjalanan. Kabut semakin tebal ketika memasuki Temanggung sampai jalan tol Ungaran baru mulai hilang diganti dengan guyuran hujan.

Empat jam perjalanan akhirnya kami masuk Kota Semarang, alamat yang dituju kami bertiga belum ada yang tahu, kami berjalan berdasarkan feeling saja, hingga akhirnya tragedi yang tidak diinginkan terjadi.

Memasuki daerah bernama Tanah Putih, kami beriringan dengan mobil Hyundai hitam. Berjalan tidak begitu kencang karena daerah itu agak ramai. Kecepatan saat itu mungkin antara 20-40 km/jam. Sesuatu tidak diinginkan terjadi ketika mobil Hyundai yang berada di depan kami tiba-tiba ngerem mendadak, dan,,,, tidak bisa dihindarkan lagi, mobil kami menghantam bagian belakang mobil itu. Kepala ini membentur jok bagian depan membuatku tidak begitu ingat apa yang sedang terjadi, begitu pusingnya dan darah mengucur dari hidung. Akhirnya kedua mobil ini pun menepi.

Sedikit ada cek cok ringan antara kedua pengemudi. Dengan masih memegangi hidungku yang keluar darah, aku hanya mencoba menyimak saja percakapan mereka. Inilah resiko di jalan raya, tidak ada yang menghendaki kecelakaan, tidak ada pula yang mau dipersalahkan. Hingga kedua belah pihak bersepakat untuk berdamai dan memperbaiki kerusakan masing-masing. 

Bagian depan mobil yang kami kendarai ringsek, dan mobil tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Aduh, ini Semarang, tempat yang masih asing membuat kami bingung bagaimana mencari bantuan. Akhirnya kami bertiga membagi tugas, pak Likhun menuju ke tempat tujuan semula untuk mengikuti pengajian, pak Tejo ditemani dengan pengemudi Hyundai tadi mencari bantuan mobil derek, alhamdulillah, mereka bertanggungjawab dan mau membantu. Sedangkan aku bertugas menjaga mobil yang ringsek itu. 

Hampir satu jam pak Tejo pergi beliau kembali dengan wajah yang murung karena tidak ada mobil derek yang bisa membantu, akhirnya kami memutuskan untuk menunggu saja disitu menunggu jemputan yang masih dalam perjalanan dari Banjarnegara. waktu masih menunjukkan pukul 11.00. Jemputan kami berangkat dari Banjarnegara sekitar jam 10.00, artinya, perkiraan sampai di TKP jam 2 siang. Waah, bakal kering menunggu di tepi jalan.

Alhamdulillah kemudahan datang. Ditengah-tengah waktu kami menunggu datang bapak-bapak membawa sepeda motor, namanya pak Bari. Beliau adalah pemilik bengkel yang sebenarnya dari pagi sudah melihat mobil kami, tapi ketika siang hari jam 2 beliau lewat ternyata mobil itu masih disitu, akhirnya memutuskan untuk menghampiri kami, dan menawarkan bantuannya. Awalnya memang khawatir dan waspada, karena kami belum pernah bertemu sebelumnya. Namun, setelah diselidiki ternyata benar, pak Bari adalah orang bengkel, dan kelihatannya jujur. Setelah bernegosiasi dan sepakat kami pun memutuskan untuk membawa mobil ini ke bengkel pak Bari. Mobil kami tarik dengan mobil jemputan yang tiba tak lama setelah kedatangan pak Bari.

Akhir perjalanan berada di bengkel pak Bari, hujan lebat kembali datang menemani perjalanan pulang. Perut yang begitu lapar karena dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore menjaga mobil tanpa ada satupun warung yang menjajakan makanan. Rumah Makan Padang menjadi tujuan utama dalam perjalanan pulang. Lelah memang, tapi semoga ada hikmah. 15 menit menuju jam 9 malam sampai juga dirumah, benar-benar minggu kelabu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Fitran Zain

Sponsored By: GratisDesigned By: Habib Blog