Dikisahkan
pada suatu hari datanglah seorang Arab Badui kepada rasulullah Saw untuk meminta
sesuatu. Beliau memberi apa yang dimintanya sambil bertanya “bukankah aku telah
berbuat baik kepadamu?” orang tersebut menjawab “Tidak! Engkau tidak berbuat
baik. Mendengar jawaban itu, para sahabat segera bangkit hendak memukuli orang
itu. Tetapi Rasulullhah mencegahnya.
Beliau
berdiri kemudian masuk kedalam rumah, lalu memberi tambahan kepada orang badui
tersebut seraya berkata “bukankah aku telah berbuat baik kepadamu?” Ia menyahut
“Ya, mudah-mudahan Allah membalas
kebaikan anda sekeluarga. Rasulullah Saw yang mulia menjawab, “Tadi engkau
telah mengucapkan kata-kata yang membuat para sahabat tersinggung”.
“Jika
engkau mau, ucapkanlah kembali apa yang engkau ucapkan kepadaku sekarang ini
dihadapan para sahabatku, agar kejengkelan mereka terhadapmu lenyap dari
dadanya” tambah Rasul.
Keesokan
harinya orang Badui ini datang lagi.
Kepada
para sahabat Rasulullah bersabda “Orang Badui ini kemarin berkata sebagaimana yang telah kalian dengar, kemudian kuberikan
kepadanya dan sekarang ia merasa puas, bukankah demikian wahai hamba Allah?”. “Ya,
benar, mudah-mudahan Allah membalas kebaikan anda sekeluarga.
Dua Kunci Sukses Dakwah Rasulullah Saw.
Subhanallah!
Betapa sabar dan bijaknya Rasulullah Saw dalam membimbing umatnya. Sikap seperti
ini membuahkan hasil yang luar biasa. Banyak orang kafir yang memeluk Islam karena
menyaksikan kesabaran beliau. Banyak pula pertengkaran dan pertumpahan darah
yang dapat dihindari. Berkenan dengan masalah ini Rasulullah bersabda “di
kalangan manusia ada kalangan yang tidak cepat marah dan cepat kembali tenang. Ada
yang tidak cepat marah dan tidak cepat kembali tenang. Masing-masing berlainan. Ada juga diantara
mereka yang tidak cepat kembali tenang dan cepat marah. Yang terbaik diantara
mereka adalah yang tidak cepat marah dan cepat kembali tenang. Dan yang
terburuk diantara mereka adalah yang cepat marah dan tidak cepat kembali tenang...”
(HR. At-Turmudzi)
Muhammad
Natsir dalam Fiqhud Dakwah mengungkapkan bahwa ada dua alat penghubung antara
seorang pendakwah dan orang-orang yang didakwahi. Pertama, pengetahuannya
tentang sifat-sifat, tabiat, dan tingkat kecerdasan mereka. Kedua, rsa
mawadahnya yang ikhlas (bukan sandiwara) terhadap umat yang mereka dakwahi. Dalam
kisah ini Rasulullah Saw mampu menggabungkan keduanya, sehingga orang Arab
Badui tersebut luluh hatinya.
Alat
penghubung yang pertama berkaitan dengan cara serta taktik. Beliau berbicara
sesuai kebutuhan lawan bicara. Beliau menyampaikan kebenaran sesuai daya
tangkap (kecerdasan) orang yang didakwahi. Ini terjadi karena beliau sangat
memahami sifat dan tabiat mereka, termasuk orang Badui tadi. Pemahaman inilah
yang kemudian melahirkan kesabaran dan rasa memaafkan.
Diriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit bahwa Rasulullah pernah bersabda “Maukah kalian
kuberi tahu tentang sesuat yang Allah gunakan untuk memperkokoh bangunan dan
meninggikan derajat?” para sahabat menjawab “Mau ya Rasulullah! Beliau
menjelaskan, “Hendaknya engkau sabar menghadapi gangguan orang bodoh, memaafkan
orang yang berbuat zalim kepadamu, memberi kepada orang yang tidak mau memberi
kepadamu, dan tidak memutuskan hubungan dengan orang yang memutuskannya
denganmu” (HR At-Thabrani)
Alat
penghubung kedua adalah kemampuan beliau mnyentuh hati orang yang didakwahinya.
Rasul memanggil rasa dengan rasa, hati dengan hati. Di sinilah terletak
kekuatan seorang penyeru kebenaran, yaitu mempercayai dan menghormati
nilai-nilai kemanusiaan. Allah Swt berfirman :
"
Karena
itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran : 159)
Alangkah
mulianya engkau ya rasulullah. Salam dan cinta semoga selalu tercurah kepadamu.
xn--o80b910a26eepc81il5g.online
BalasHapusxn--o80b910a26eepc81il5g.online febcasino · 1xbet korean www.onlinepokerreport.com. 메리트 카지노 주소