Aku Iri Engkau Sukses

Respons: 0 komentar
"aku iri berada di tengah-tengah kesuksesan kawan-kawanku"

Begitulah nada sinis yang tiba-tiba muncul di benak pagi ini, hari yang begitu mendung, gelap tak seperti biasanya. Kebiruan langit hanya terlihat sedikit, kalah oleh dominasi awan putih yang sedikit menghitam. Aku tak tau dengan langit sebelah barat sana, pandanganku tertutup oleh ruang, sehingga hanya bisa melihat sebagian langit timur, itupun masih tertutup dengan pohon beringin ratusan tahun yang berdiri kokoh didepanku. Ah, entahlah, tak peduli dengan matahari yang masih enggan menembuskan sinarnya ke bumi ini.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 09.00, tersadar ternyata tumpukan pekerjaan sudah menanti. Ya, kesibukan sehari-hari menjadi staf administrasi, bahasa kerennya, padahal aslinya karyawan serbaguna. hehe, masa bodoh, yang penting aku bisa berkarya disini, mendapatkan rejeki darinya, walau tak seberapa namun syukur Alhamdulillah bisa untuk mencukupi biaya kuliahku sendiri. Tak boleh mengeluh karena aku lebih beruntung dari kawan-kawanku yang masih suka menjadi pengangguran. Entah karena tidak dapat pekerjaan atau malas mencari kerja. Hmm, hiburan tersendiri jika aku membandingkan diri dengan mereka, tidak bermaksud untuk sombong, namun untuk lebih mensyukuri karunia ternyata aku bisa berbuat lebih dari mereka, aku bersyukur karena itu.
Namun, lamunan itu tidak boleh berlangsung terlalu lama, dan memang akhirnya pecah ketika pagi ini aku mendatangi counter pulsa kawanku, karena pulsa di HP ku memang sudah kosong. Kekaguman selalu hadir jika berada di ruangan ini. Kekaguman atas ketekunan temanku pemilik konter ini. Dia dibilang lumayan sukses. Memulai usahanya belum ada dua tahun, mungkin. Tapi perkembangannya luar biasa. Acung jempol untuk perjuangannya, salut!!
Dibalik kekagumanku itu, tak jarang hati ini merasa iri. Aku memulai karir lebih dulu daripadanya, tapi dia sekarang yang lebih maju. Ada goresan kecil menancap di hati ketika ia menceritakan kesuksesannya itu di depanku. Namun, goresan-goresan itu ternyata menjadi bahan bakar tersendiri untuk menumbuhkan motifasiku. Berawal dari ke-iri-an itu kini ku mulai hari ini dengan semangat lebih, karena aku juga ingin meraih kesuksesan seperti itu, dan aku tidak mau terus menjadi pendengar dari cerita-cerita bahagianya.
Bolehlah matahari belum mau menunjukkan sinarnya pagi ini, namun ke-iri-an yang aku dapatkan pagi ini sudah cukup memberi sinar penerang penunjuk jalanku hari ini. Ketika jari ini mulai menari, itu artinya perubahan siap dijalani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Fitran Zain

Sponsored By: GratisDesigned By: Habib Blog