Badan masih berasa pegal ketika ku mulai membuat tulisan ini, belum ada hitungan hari pasca pendakian ke Gunung Prau di dataran tinggi Dieng. Tumben sekali liburan kali ini aku mau menerima ajakan teman-teman untuk mendaki gunung, padahal, mendaki adalah hal yang tidak aku sukai sebelumnya. Apalagi mengingat yang akan didaki adalah pegunungan yang terletak di dataran tinggi Dieng yang terkenal dengan suhu yang begitu dingin. Namun karena bujuk rayu dari teman-teman dan keinginan untuk refreshing, menyegarkan hati dan fikiran, akhirnya setelah berfikir masak-masak ku putuskan untuk ikut.
Ahad, 30 Maret, perjalanan dari kota Karangkobar menuju Dieng dimulai pukul 15.30 WIB. Dua belas manusia dengan memacu enam buah sepeda motor. Melewati 3 Kecamatan dengan jalanan yang menanjak.
Setelah dua jam perjalanan, sekitar pukul 17.30 kami pun menginjakkan kaki di Dieng menuju tempat penitipan sepeda motor. Selepas adzan maghrib baru memulai berjalan kaki menuju puncak Gunung Prau.
Melewati jalan setapak nan menanjak kami berjalan beriringan menembus kegelapan malam dengan suhu yang sangat dingin. Karena medan yang tidak mudah dan begitu menanjak tak jarang kami menghentikan langkah karena keletihan. Akhirnya setelah hampir empat jam kami mendaki sampailah di puncak yang sudah tersedia area camp untuk mendirikan tenda. Ternyata di puncak sudah berdiri beberapa tenda. Tenda-tenda yang praktis yang memang biasa digunakan untuk camping. Karena kami ber-dua belas kesemuanya adalah pendaki amatir, tenda yang kami bawa adalah tenda pramuka, dengan dua batang tongkat pembantu. Karena keamatiran kita pulalah pendirian tenda tak kunjung selesai dan setelah selesai pun tenda seperti gubuk reyot yang tinggal menunggu ambruk diterpa angin. Maklum lah, yang penting bisa melindungi kami dari serangan angin malam yang sangat dingin.
Setelah tenda berdiri buru-buru menyalakan api untuk memasak mi instan dan nyeduh kopi karena lapar dan dingin sudah melanda para pendaki amatir ini. Setelah hangat dan kenyang, lanjut tidur siapkan energi untuk melihat sunrise esok pagi.
Namun nampaknya kami kurang beruntung, sunrise yang dinanti-nanti dan telah diperjuangkan melalui pendakian selama 4 jam tak dapat kami nikmati karena kabut tebal yang menyelimuti puncak gunung pagi itu. Walaupun kecewa kami tetap berusaha untuk menikmati indahnya alam puncak gunung yang sering disebut dengan bukit teletubies itu, karena memang di puncak itu terhampar perbukitan yang mirip dengan perbukitan yang sering kita lihat di serial tv anak, Teletubies.
Kabut tebul menghalangi sunrise |
Setelah matahari agak meninggi dan kami selesai berkemas, kami pun pulang, menuruni gunung dengan waktu tempuh yang hampir sama, namun karena perjalanan menurun jadi bisa ditempuh dengan waktu yang lebih cepat.
Walau badan terasa begitu penat dan pegal linu dimana-mana, ditambah lagi tidak bisa mendapatkan moment sunrise yang diharapkan, namun tidak ada penyesalan dalam hati. Karena banyak hikmah yang dapat kita petik, kebesaran Allah yang luar biasa yang menciptakan alam nan begitu indah.
Semoga perjalanan ini dapat meningkatkan keimanan kita kepada Tuhan kita, Allah Swt. amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar