Menjadi pembicara dalam sebuah acara adalah sarana melatih
diri yang memang sudah menjadi rutinitasku. Seperti yang ane laksanakan
kemarin, mengisi sebuah acara bernama Up Grading, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Latihan Dasar Kepemimpinan bagi teman-teman Pimpinan Ranting Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sarwodadi, sekolah yang terletak di sebuah pedesaan yang
cukup asri dengan pesona alam yang indah karena di desa itu banyak terdapat
curug (air terjun) yang menjadi objek wisata daerah.
Acara yang berjalan dengan cukup lancar sebagaimana yang
telah direncanakan. Hanya ada sedikit accident yang ingin ane ceritakan. Dalam sela-sela
acara itu ada satu agenda outbond yang dilaksanakan di salah satu curug di Desa Giritirta. Perjalanan menuju lokasi harus ditempuh dengan kendaraan karena
lokasi yang agak jauh.
Karena saking sibuknya ngurus keperluan yang akan dibawa ke
lokasi tak sadar ane dan salah satu teman sudah ketinggalan rombongan. Karena akan
ada acara yang memang penting untuk dihadiri maka kami berdua memutuskan
berangkat nyusul kawan-kawan menggunakan sepeda motor walaupun sebenarnya kami
gak yakin tahu lokasinya. Tapi kata temen ane dia tahu karena pernah datang ke
salah satu curug di desa ini. Berbekal nekat akhirnya kami berangkat. Awalnya perjalanan
cukup mudah, namun akhirnya kami sampai pada jalanan yanng cukup berat untuk
dilalui. Walaupun jalan cukup luas untuk dilalui sepeda motor, namun jalan yang
menanjak dan dipenuhi dengan bebatuan yang besar-besar membuat kami kesulitan. Kamipun
tidak berani berboncengan dan salah satu harus berjalan kaki.
Setelah hampir 15 menit perjalanan menggunakan sepeda motor,
kami sampai di ujung jalan dimana motor sudah tidak bisa lewat. Perjalanan selanjutnya
harus dilalui dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak. Memasuki jalan
setapak kami mulai ragu karena disitu tidak ada bekas kaki manusia. Dan yang
meragukan lagi, medan begitu berat, harus menembus semak belukar dan disamping
kiri adalah jurang yang tertutup ilalang. Kami tidak yakin teman-teman kami
yang masih begitu kecil itu melintasi medan yang cukup terjal ini. Ditengah perjalanan
kami harus menyeberangi sungai kecil di tepian air terjun. Terpeleset sedikit
dipastikan akan jatuh ke air terjun itu.
Di tengah-tengah keraguan yang bergelayut kami putuskan
untuk melanjutkan perjalanan karena sudah menempuh separuh perjalanan lebih
dengan medan yang begitu berat. Sayang jika harus kembali tanpa hasil.
Perjalanan tidak sia-sia karena kami sampai juga ke sebuah
air terjun yang begitu indahnya. Namun kami hanya terbengong menatap satu sama
lain karena di air terjun itu begitu sunyi senyap hanya ada suara-suara
binatang hutan. Itu artinya,,, kami salah tujuan...!!! Dan yang lebih tragis, tidak ada sarana dokumentasi untuk mengabadikan moment tersesat ini, karena ponsel kami berdua mati.
Sejenak menggeletakkan diri di tepi sungai melepas lelah dan
kecewa dan kenyataan bahwa kami harus kembali menembus hutan untuk pulang
kembali ke tempat semula. Perjalanan yang begitu melelahkan, harusnya kita ke
curug Giritirta, bukan ke curug Penaraban. Maklum, di desa itu banyak sekali
pesona alam air terjun yang masih alami belum banyak terjamah oleh manusia. Tempat
itu bernama Giritirta, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar