Renungan Milad ke Dua Puluh Dua

Respons: 0 komentar
Hari mulai malam, langit hitam begitu pekat, rintik air hujan begemercik membasahi jalanan dan ranting pohon. Itulah pemandangan yang aku lihat dari kaca jendela. Di dalam ruangan ini aku duduk termenung dengan kaki bersilah, jari jemari menari di atas keyboard. Pandangan mata nan fokus ke monitor laptop. Sesekali tangan ini beralih memegang HP, membalas satu persatu sms yang masuk. Sesekali pula tangan ini mengambil cangkir berisi kopi hangat yang menemani sore ini. 

Persis di dinding depan tempatku bersilah terpasang jam dinding, tepat diatas pintu. Jarum jam menunjukkan pukul 18.25 WIB, bertepatan dengan tanggal 12 April 2014. 
Dua puluh dua tahun yang  lalu, 12 April 1992, tepat di waktu ini, ba'da Maghrib, lahirlah seorang bayi mungil, bayi yang polos, menangis ketika Allah menakdirkannya untuk hidup di Bumi-Nya. Kini dua puluh dua tahun sudah bayi polos itu tumbuh menjadi manusia dewasa, sudah tiba pada usia dimana ia harus mampu menata hidupnya, menjadi seorang pria, mengarungi kehidupan di dunia nan fana.


Banyak kawan-kawanku mengucapkan selamat atas hari ulang tahunku, dengan berbagai macam ucapan dan do'a mereka, aku terima dengan bahagia. Harapannya, apa yang menjadi do'a mereka Allah mengabulkan dan memberikan balasan yang setimpal pula bagi do'anya. 

Kawan, ucapan selamatmu ku terima dan balas dengan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kini ku coba renungkan kata "selamat" yang kalian berikan dengan sebuah renungan, refleksi diri menuju pribadi yang makin dewasa. Dua puluh dua tahun bukan waktu yang singkat dalam perjalanan hidup. Menjalani masa dari masa kehidupan dengan segala suka dan duka, dengan segala amal dan dosa.

Astaghfirullahal'adziim, ya Allah, kalimat yang pertama ku ucapkan di hari lahirku. Engkau memberikan nikmat yang tiada terhitung kepadaku selama 22 tahun. Namun, hamba membayarnya dengan dosa yang tak terhitung pula. Aku percaya bahwa Engkau maha pengampun, maka ampunilah segala dosaku ya Allah, jangan tutup hati ini untuk dapat menerima hidayahMu. Berilah hamba kekuatan untuk menjadi pribadi yang senantiasa mampu bertaubat dan memperbaiki diri, dan berilah hamba kemampuan untuk tidak mengulangi kemaksiatan yang pernah hamba lakukan..

Harapanku di usia yang semakin dewasa ini; 1) Semoga bisa menjadi pribadi yang shalih, taat berjalan diatas ajaran agama dalam setiap sendi kehidupan. 2) Sukses semuda mungkin, lancar rezeki, rezeki yang halal dan barokah, yang dengannya bisa menjadi djariah. Dijauhkan dari rezeki yang membawa madhorot bagi kehidupanku.  3) Didekatkan dengan jodoh, jodoh yang shalihah, menutupi kekuranganku, yang dengannya dapat membawaku lebih dekat dengan Allah, yang dengannya aku dapat menikmati indahnya kehidupan. 

Doa untuk Ibu;
Ibu, anakmu yang kau tinggalkan sebelum ia genap berusia 10 tahun kini telah beranjak dewasa. Ia masih seperti dulu, anak yang begitu nakal. Walaupun engkau tidak bisa menemaniku menghadapi hari dewasaku, aku berharap engkau melihat dari sana dengan bangga. Walaupun maaf, Ibu, anakmu belum bisa menjadi anak yang berbakti kepada ibunya. Aku akan terus berusaha menjadi anak yang shalih agar doaku untukmu dikabulkan oleh Allah Swt. 
Ya Allah, berikan tempat sebaik-baik tempat bagi Ibuku di sisi-Mu, ampunilah segala dosanya, terimalah segala amalnya. Pertemukanlah hamba dengannya di hari akhir nanti ya Allah..

Untuk Ayah dan Ibu sambungku, semoga kalian senantiasa diberi kesehatan dan kebahagiaan, dan selalu berada dalam petunjuk dan lindungan Allah Swt.

Kini ku coba lalui sisa kehidupan yang masih Allah berikan untuk menjadi lebih baik dalam segala hal. SEMANGAT...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Fitran Zain

Sponsored By: GratisDesigned By: Habib Blog