KEDUA: SHALAT BUKANLAH SESUATU
YANG HANYA MEMBUANG-BUANG WAKTU
Tatkala seseorang menyelinap di tengah-tengah hiruk pikuk
pekerjaannya yang disertai kegaduhan orang-orang yang berangkat di pagi hari
dan pulang di waktu petang dan tatkala ia menyusup di tengah-tengah ruwetnya
orang- orang yang sedang menerima dan memberi, menjual dan membeli, tawar
menawar, belajar mengajar, serta berbagai macam tuntutan orang-orang ingin
meninjau kembali permintaannya. Lalu ia berdiri sejenak dalam tempat shalatnya
dan mengasingkan diri dari hingar-bingar kesibukan tersebut, sejenak hatinya
menjadi tenang, jiwanya menjadi tentram, tubuhnya bisa beristirahat kembali,
emosinya kembali stabil, ia kembali bisa menguasai hawa nafsunya dan ia
terdiam sejenak seraya berbisik-bisik dengan zat yang ia cintai (Allah Subhanahu wa Ta’ala).
Dan hakekat cinta akan lebih dalam terasa
Tatkala engkau berdua-duaan dengan yang engkau cintai
la pun meminta pertolongan dan kekuatan kepadaNya serta berdo’a
agar senantiasa diberikan ketegaran diatas kebaikan dan kesabaran dalam
beramal, memohon ampunan dariNya apabila ia telah berbuat buruk kepada
seseorang baik berupa kata-kata yang tajam ataupun perlakuan yang kasar. Maka
detik-detik ini pun menjadi waktu untuk mengisi simpanan energi dan mendinginkan
syaraf-syaraf yang terus bergerak.
Berpijak dari semua ini, tatkala Nabi Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam dilanda kesedihan atau dirundung
masalah, ia pun bersegera untuk melaksanakan shalat dan setelah kembali dari
berperang, ia berkata kepada Bilal RadhiyAllahu
‘Anhu:
Wahai Bilal tentramkan kami dengan shalat..!![7]
Maksudnya kumandangkanlah adzan
untuk shalat…!! Agar shalat menjadi penentram bagi kami dari
hingar-bingar dan permasalahan-permasalahan dunia.
Manusia adalah makhluk yang
sangat lemah dan terbatas kemampuannya, ia tidak akan mampu melakukan suatu
pekerjaan yang berkesinambungan dan terus menerus, ia pasti membutuhkan
istirahat untuk jasmani maupun rohaninya. Namun tidak mungkin hal itu dapat
terpenuhi kecuali dalam shalat.
Istirahat adalah bagian dari kehidupan, oleh karena itu Allah Subhanahu Wa Ta’alamenjadikan
malam sebagai saat untuk beristirahat dan menjadikan tidur sebagai
peristirahatan dan pelepas lelah. Berapa waktu yang dibutuhkan oleh seseorang
dalam menyelesaikan shalatnya..? Sepanjang apapun shalat yang dilakukannya,
tidak akan melewati seperempat jam (lima belas menit).
Wahai orang yang berakal, Apakah
engkau enggan dengan beberapa menit yang singkat ini untuk mendapatkan seluruh
manfaat-manfaat tersebut dibandingkan engkau membuang-buang waktumu dengan
kunjungan-kunjungan kesana-kemari atau menyia-nyiakannya dengan begadang..?
___________________
7. Diriwayatkan oleh al-lmam Ahmad di dalam musnadnya
[Dari: Limadza
Usholli; Penulis: Asy-Syaikh Abdur Rauf al-Hanawi; Pengantar: Asy-Syaikh Abdul Aziz Bin
Abdullah Bin Baz Rahimahullah;
Edisi Indonesia: Kenapa Saya Harus Shalat...?!;
Penerjemah: Mohamad Nursamsul Kamar; Penerbit: Al-Hikmah Media]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar